To: Webmaster
From:
Sentra Industri Emping Melinjo Tradisional
empingmelinjo@gmail.com
Message:
Dusun Kepuh Kulon Wirokerten Banguntapan selama ini dikenal sebagai
salah satu sentra industri kecil emping melinjo di Kabupaten Bantul
Yogyakarta. Secara tradisi, masyarakat Kepuh Kulon mewarisi keahlian
memproduksi emping melinjo dari orang tua mereka terdahulu. Hingga
saat ini, puluhan orang masih mempertahankan tradisi tersebut, baik
sebagai pelaku usaha (produsen) ataupun tenaga produksinya. Kondisi
demikian menjadikan Dusun Kepuh Kulon beberapa kali ditunjuk sebagai
perwakilan daerah yang memiliki masyarakat yang produktif, baik di
tingkat desa hingga skala nasional.Tim liputan bisnisUKM berkesempatan
mengunjungi Dusun Kepuh Kulon dan menemui salah seorang produsen
emping melinjo yang masih mempertahankan proses produksi dengan
peralatan tradisional (manual), yaitu Mbah Pujo Utomo. Selain dikenal
sebagai salah seorang produsen emping melinjo, beliau juga menjadi
satu dari beberapa produsen generasi pertama yang masih bertahan
hingga saat ini. Kini, diusianya 70 tahun, Mbah Pujo mewariskan
pengelolaan usaha yang dulu menggunakan brand Pujasari tersebut kepada
Nur Mustofa (35) putranya.
Nur Mustofa 200x152 Sentra Industri Emping Melinjo TradisionalDitemui
di rumahnya, Senin (6/8), Nur Mustofa mengungkapkan alasan masih
digunakannya peralatan manual atau tradisional dalam proses produksi
emping melinjo. "Dulu kita pernah mencoba menggunakan mesin, namun
kualitas rasanya malah menurun, sehingga kita kembali lagi menggunakan
peralatan serta perlakuan manual agar kualitas rasanya tetap
terjaga," jelasnya. Kendati menggunakan peralatan manual, namun
pihaknya tidak khawatir dengan kapasitas produksinya, karena selalu
melibatkan tenaga produksi yang jumlahnya tidak sedikit.
"Kurang lebih 50'an orang, kebanyakan ibu-ibu rumah tangga yang
ada di sekitar sini, setiap hari mereka mengambil bahan baku kemudian
mengolahnya di rumah, dan disetor lagi dalam bentuk emping mentah
(belum digoreng)," terang Nur Mustofa terkait tenaga produksinya.
Adapun emping melinjo yang mereka produksi terbagi menjadi 3 jenis,
yang dibedakan dari jumlah melinjonya, yaitu yang menggunakan 1 buah
melinjo (super), menggunakan 2 buah melinjo, dan menggunakan 3 buah
melinjo. Hasil akhir dari ketiga jenis tersebut dibedakan dari tingkat
ketebalan serta ukuran dari masing-masing emping melinjonya.
Bisnis Membuat Emping Melinjo
Bahan Baku Melinjo 200x137 Sentra Industri Emping Melinjo
TradisionalBukan menjadi rahasia lagi jika proses produksi emping
melinjo itu susah-susah gampang. Melinjo yang layak panen (warna kulit
merah) dikupas dari kulitnya kemudian dijemur hingga kering. Biji
melinjo digoreng pasir agar hangat sehingga mudah digerus guna
menanggalkan kulit arinya. Setelah itu, biji melinjo yang putih bersih
disangrai sampai hangat. Tujuannya agar empuk saat ditumbuk/
digepengkan sesuai bentuk dan ukuran. "Secara umum tidaklah sulit,
namun untuk menghasilkan emping renyah dengan ketebalan yang tipis
dibutuhkan ketekunan dan ketelatenan ekstra," imbuh Nur Mustofa.
Menurut Nur Mustofa, selama ini emping melinjo super miliknya paling
banyak digemari, karena tekstur tipisnya sehingga renyah ketika
digoreng. "Kalau di sini, yang membuat emping super itu biasanya
yang sudah berpengalaman, plus melinjo yang digunakan juga melinjo
terbaik, yaitu melinjo yang baru dikupas, bukan yang kupasan lama,"
tambahnya. Tidak kurang 500 kg emping melinjo diproduksi Nur Mustofa
setiap harinya. Emping-emping tersebut kemudian dipasarkan melalui
pedagang-pedagang yang selama ini sudah menjadi langganan tetapnya.
Sebagian pedagang mengambil sendiri empingnya di kediaman Nur Mustofa,
dan sebagian lagi dikirimkan langsung ke Pasar Beringharjo.
Emping Melinjo Mentah 200x138 Sentra Industri Emping Melinjo
TradisionalBerdasarkan penuturan Nur Mustofa, pihaknya memang belum
melakukan pemasaran secara aktif di pasaran. Hal itu dikarenakan masih
terbatasnya kapasitas produksi yang mereka miliki. "Sejujurnya kami
ingin jangkauan pasarnya lebih luas lagi, namun saat ini kami
terkendala kapasitas produksi yang tidak sebanding dengan permintaan
pasar, terutama dari para pedagang, sehingga untuk saat ini kami hanya
fokus untuk produksi," ujarnya. Sebelumnya, Nur Mustofa mengaku
pernah menitipkan emping melinjonya di beberapa swalayan dengan sistem
konsinyasi. Akan tetapi, proses tersebut tidak berjalan mulus sehingga
kini tidak dijalankan lagi.
Harga yang dipatok Nur Mustofa untuk produk emping melinjo mentahnya
adalah Rp25.000,00 s.d. Rp26.000,00/ kg. Sementara untuk emping
melinjo yang sudah matang (digoreng), mereka menjualnya dengan harga
Rp10.000,00/ 200 gram. "Untuk emping melinjo mentah siap goreng kami
ready stok setiap hari, namun untuk emping yang sudah matang harus
pesan terlebih dahulu, untuk menjaga kerenyahan rasanya," jelasnya
sembari menutup wawancara pada sore hari itu.
0 komentar:
Posting Komentar